Kepemimpinan Pendidikan
1.
Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah
bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Maka kepemimpinan
adalah kekuasaan untuk memengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu
atau tidak mengerjakan sesuatu.
Menurut beberapa ahli:
a. Miftah
Thoha, menjelaskan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun
kelompok.
b. Hadari,
memandang kepemimpinan dari dua konteks, struktural dan nonstruktural. Dalam
konteks struktural kepemimpinan diartika sebagai proses pemberian
motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai
dengan program yang telah ditetapkan. Adapun dalam konteks nonstruktural
kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses memengaruhi pikiran, perasaan,
tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
c. Tanembaum
dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses atau fungsi
sebagai suatu peran yang memerintah.
d. Harold Kontz menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
pengaruh, seni atau proses memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha
mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias.
Dari beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan yang di maksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi
dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya.
Jadi, kepemimpinan
pendidikan adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain baik secara
berkelompok atau perorangan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Juga
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam
melakukan suatu pekerjaan.
2.
Prinsip-Prinsip Kepemimpinan
Pendidikan
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam bukunya Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan, menyatakan prinsip-prinsip
kepemimpinan dalam pendidikan adalah:
a.
Prinsip partisipasi. Pemimpin harus berusaha membangkitkan dan
memupuk kesadaran pada setiap anggotanya agar mereka ikut serta bertanggung
jawab dan ikut dalam memikirkan untuk memecahkan masalah yang menyangkut
perencanaan pendidikan.
b.
Prinsip kooperasi. Partisipasi harus ditingkatkan menjadi kerjasama
yang dinamis. Setiap anggota di samping bertangggung jawab terhadap tugasnya
masing-masing juga harus merasa berkepentingan pada masalah yang menyangkut
suksesnya pekerjaan anggota-anggota lain.
c.
Prinsip hubungan kemanusian yang akrab. Dalam kepemimpinan yang
demokratis perlu diciptakan suasana persahabatan dan persaudaraan yang akrab
serta perlu dipupuk sikap saling hormat-menghormati di antara seluruh anggota
dari lembaga kerja tersebut.
d.
Prinsip pendelegasian dan pemencaran kekuasaan dan tanggung jawab.
Hal ini diperlukan mengingat keterbatasan kemampuan pemimpin agar proses kerja
secara keseluruhan dapat berjalan lancar, efektif, dan efesien. Pemimpin harus
yakin dan percaya bahwa setiap anggotanya mempunyai kemampuan dan potensi yang
dapat bermanfaat bagi lembaga kerjanya.
e.
Prinsip fleksibelitas oragnisasi dan tata kerja. Struktur
organisasi dan hubungan serta tata kerja jangan menimbulkan suasana yang kaku,
sehingga membawa akibat negatif yang dapat menghambat perencanaan dan
pelaksanaan program. Tujuannya untuk mengatur kegiatan dan hubungan-hubungan kerja
yang harmonis, efektif, dan efisien.
f.
Prinsip kreativitas. Pemimpin harus pandai menciptakan suasana yang
dapat mendorong usaha kreatif dari personal yang terlibat secara keseluruhan,
karena pertumbuhan dan perkembangan suatu organisasi sangat tergantung pada
kreativitas para anggota staf dan pemimpin organisasi tersebut.
3.
Sifat dan Azas
Kepemimpinan Pendidikan
Menurut Ahmad Rohani dan Abu
Ahmadi dalam buku Pedoman Penyelengaraan Adm Pendidikan di Sekolah, sifat-sifat
yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan adalah:
a.
Memiliki kematangan
spiritual, mental, sosial dan fisik.
b. Menunjukkan pribadi keteladanan.
c.
Memiliki kewibawaan dan keunggulan.
d.
Memiliki keuletan dan kerajinan.
e.
Memiliki kejujuran.
f.
Memiliki motivasi yang kuat untuk memimpin.
g.
Memiliki disiplin yang kuat.
h.
Memiliki identitas dan integrasi diri.
i.
Memiliki rasa tanggung jawab yang penuh.
j.
Berjiwa merakyat.
k.
Memiliki kemampuan teknis memimpin.
Azas kepemimpinan pendidikan yang dikemukakan oleh K.H. Dewantoro
sebagaimana dikutip oleh Abd. Gaffar Mutiara adalah:
a.
Taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b.
Ing ngarso sung tulodo
(memberi contoh/teladan kepada bawahan).
c.
Ing madya mangun karso
(menggugah semangat kerja bawahan).
d.
Tut wuri handayani (mempengaruhi/mendorong
dari belakang).
e.
Waspada (waspada
mengoreksi dan berani memberi dikoreksi).
f.
Prasaja (tingkah
laku sederhana/wajar).
g.
Gemi nestiti (sadar
dan mampu membatasi pengeluaran untuk yang benar-benar diperlukan).
h.
Satya (sikap
loyalitas yang tinggi, ke atas, ke bawah, dan ke kanan-kiri).
i.
Belaka, (kemauan,
keberanian bertanggung jawab).
j.
Legawa (kemauan,
kerelaan, dan keikhlasan menyerahkan tanggung jawab/tugas kepada generasi muda.
4.
Tipe atau Gaya Kepemimpinan
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yang pokok ,
atau dapat juga disebut ekstrem, ada 3, yaitu :
a.
Otokratis
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya, memimpin adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya
dibatasi oleh undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah
menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan atau anggota-anggotanya
hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah atau mengajukan
saran.
b.
Laissez Faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat
sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberrikan
kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan
kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau
saran-saran dari pimpinan.
c.
Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya
bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota
kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan
terhadap buruhnya, melainkan sebagai saudara tua diantara teman-teman
sekerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang
demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara
kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia
selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan
mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
http://suhendraaw.blogspot.com. Diunduh pada 9 Mei 2016
Drs. Muhammad
Yuseran, M.Pd. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan... hal. 35-36