This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 18 Oktober 2017

Apa Perbedaan antara Strategi dan Metode Pembelajaran?



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hai, apa kabar sahabats?! Lagi pusing yaa mikirin tugas yang menumpuk? :D. hehe… kali ini saya mau berbagi tentang perbedaan antara Strategi dan Metode. Mungkin ada aja sahabats yang masih bingung dengan kedua istilah tersebut, apakah sama atau beda, kalo beda apa bedanya? Trus diskusi, demonstrasi dan yang apalah apalah istilahnya itu termasuk metode atau strategi??? Atau prakteknya sama tapi cuman sebutannya aja yang beda? Tapi kalo sama kenapa harus dibedakan sebutannya??? Waduuuuh.. tambah pusing kayaknya nih.. :D
Okee langsung aja saya tuliskan penjelasan mengenai hal ini. Memang pada awalnya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan  suatu peperangan. Dan kini penggunaan istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan, salah satunya adalah pendidikan. Seorang guru harus menerapkan suatu strategi agar tujuan pembelajaran berhasil dicapai dan para siswa mendapatkan prestasi yang terbaik.
Abdul Majid menjelaskan bahwa strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan hasil gabungan dari kata stratos yang berarti militer dan ago yang berarti memimpin. Sedangkan sebagai kata kerja stratego berarti merencanakan (to plan).[1] Kalau kita lihat secara seksama, pengertian strategi mungkin lebih tepat untuk memberikan definisi lebih lanjut tentang strategi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya definisi yang diberikan oleh para ahli pembelajaran, sebagaimana yang di tulis oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya Model Pembelajaran, yaitu sebagai berikut[2]:
a.       Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b.      Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
c.       Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen meteri pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
d.      Groppper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah kegiatan dan cara-cara yang dipilih dan digunakan oleh pengajar guna memberikan fasilitas atau bantuan yang dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Walaupun Darmansyah menjelaskan bahwa Clark dan Abizar (1995) tidak terlalu menekankan perbedaan antara metode dengan strategi, yang artinya antara metode dan strategi dapat diartikan sama saja, yang dibuktikan dengan banyaknya tulisan Clark menggunakan istilah metode untuk menyatakan strategi[3],  Hamzah B. Uno memberikan pendapat yang berbeda. Beliau membedakan antara Strategi dengan Metode, beliau mendefinisikan metode sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan strategi menurut beliau berdasarkan penjelasan para ahli di atas jelas bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.[4] Pendapat Hamzah tersebut sejalan dengan yang ditulis oleh Abdul Majid tentang pengertian strategi, yaitu suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan isi kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.[5]
Jadi dari uraian di atas, jelas bahwa strategi lebih luas daripada metode, yang artinya metode adalah bagian dari strategi, karena strategi mencakup pola umum dalam pembelajaran yang disusun secara sistematis yang mencakup tujuan kegiatan, metode, dan segala hal yang terlibat dalam kegiatan untuk  mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Sedangkan Metode sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Majid (2014: 150), adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.[6]
Jelas bahwa dari paparan di atas, bahwa untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan harus dengan metode. Ini menandakan peran metode sangatlah penting dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien. Keberhasilan suatu strategi sangat tergantung dari metode yang digunakan.
Sahabats, mungkin sampai disini penjelasan tentang Perbedaan Strategi dan Metode Pembelajaran. Untuk penjelasan lebih lanjut, silahkan sahabats merujuk kepada referensi-referensi yang telah saya sebutkan. Mohon maaf jika terdapat kesalahan. Trimakasih... J








[1] Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014). hal. 140
[2] Lihat  Buku Dr. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). hal. 1
[3] Darmansyah, S.T., M.Pd. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hal. 18
[4] Lihat  Buku Dr. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). hal. 2-3
[5] Lihat Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu……. hal. 140

[6] Lihat Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu……. hal. 150

Kamis, 12 Oktober 2017

Kepemimpinan Pendidikan




Kepemimpinan Pendidikan



1.      Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Maka kepemimpinan adalah kekuasaan untuk memengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu.
Menurut beberapa ahli:
a.       Miftah Thoha, menjelaskan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok.
b.      Hadari, memandang kepemimpinan dari dua konteks, struktural dan nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan  diartika sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses memengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
c.       Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah.
d.       Harold Kontz menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau proses memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias.[1]
Dari beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan yang di maksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.[2]
Jadi, kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain baik secara berkelompok atau perorangan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam melakukan suatu pekerjaan.[3]

2.      Prinsip-Prinsip  Kepemimpinan Pendidikan
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam bukunya Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, menyatakan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam pendidikan adalah:
a.       Prinsip partisipasi. Pemimpin harus berusaha membangkitkan dan memupuk kesadaran pada setiap anggotanya agar mereka ikut serta bertanggung jawab dan ikut dalam memikirkan untuk memecahkan masalah yang menyangkut perencanaan pendidikan.
b.      Prinsip kooperasi. Partisipasi harus ditingkatkan menjadi kerjasama yang dinamis. Setiap anggota di samping bertangggung jawab terhadap tugasnya masing-masing juga harus merasa berkepentingan pada masalah yang menyangkut suksesnya pekerjaan anggota-anggota lain.
c.       Prinsip hubungan kemanusian yang akrab. Dalam kepemimpinan yang demokratis perlu diciptakan suasana persahabatan dan persaudaraan yang akrab serta perlu dipupuk sikap saling hormat-menghormati di antara seluruh anggota dari lembaga kerja tersebut.
d.      Prinsip pendelegasian dan pemencaran kekuasaan dan tanggung jawab. Hal ini diperlukan mengingat keterbatasan kemampuan pemimpin agar proses kerja secara keseluruhan dapat berjalan lancar, efektif, dan efesien. Pemimpin harus yakin dan percaya bahwa setiap anggotanya mempunyai kemampuan dan potensi yang dapat bermanfaat bagi lembaga kerjanya.
e.       Prinsip fleksibelitas oragnisasi dan tata kerja. Struktur organisasi dan hubungan serta tata kerja jangan menimbulkan suasana yang kaku, sehingga membawa akibat negatif yang dapat menghambat perencanaan dan pelaksanaan program. Tujuannya untuk mengatur kegiatan dan hubungan-hubungan kerja yang harmonis, efektif, dan efisien.
f.       Prinsip kreativitas. Pemimpin harus pandai menciptakan suasana yang dapat mendorong usaha kreatif dari personal yang terlibat secara keseluruhan, karena pertumbuhan dan perkembangan suatu organisasi sangat tergantung pada kreativitas para anggota staf dan pemimpin organisasi tersebut.[4]

3.      Sifat dan Azas Kepemimpinan Pendidikan

Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam buku Pedoman Penyelengaraan Adm Pendidikan di Sekolah, sifat-sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan adalah:

a.    Memiliki kematangan spiritual, mental, sosial dan fisik.

b.  Menunjukkan pribadi keteladanan.
c.    Memiliki kewibawaan dan keunggulan.
d.   Memiliki keuletan dan kerajinan.
e.    Memiliki kejujuran.
f.     Memiliki motivasi yang kuat untuk memimpin.
g.    Memiliki disiplin yang kuat.
h.    Memiliki identitas dan integrasi diri.
i.      Memiliki rasa tanggung jawab yang penuh.
j.      Berjiwa merakyat.
k.    Memiliki kemampuan teknis memimpin.
Azas kepemimpinan pendidikan yang dikemukakan oleh K.H. Dewantoro sebagaimana dikutip oleh Abd. Gaffar Mutiara adalah:
a.       Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Ing ngarso sung tulodo (memberi contoh/teladan kepada bawahan).
c.       Ing madya mangun karso (menggugah semangat kerja bawahan).
d.      Tut wuri handayani (mempengaruhi/mendorong dari belakang).
e.       Waspada (waspada mengoreksi dan berani memberi dikoreksi).
f.       Prasaja (tingkah laku sederhana/wajar).
g.      Gemi nestiti (sadar dan mampu membatasi pengeluaran untuk yang benar-benar diperlukan).
h.      Satya (sikap loyalitas yang tinggi, ke atas, ke bawah, dan ke kanan-kiri).
i.        Belaka, (kemauan, keberanian bertanggung jawab).
j.        Legawa (kemauan, kerelaan, dan keikhlasan menyerahkan tanggung jawab/tugas kepada generasi muda.[5]

4.      Tipe atau Gaya Kepemimpinan
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yang pokok , atau dapat juga disebut ekstrem, ada 3, yaitu :[6]
a.         Otokratis
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan atau anggota-anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah atau mengajukan saran.
b.        Laissez Faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberrikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinan.
c.          Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai saudara tua diantara teman-teman sekerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.




[1] http://suhendraaw.blogspot.com. Diunduh pada 9 Mei 2016

[2] https://emperordeva.wordpress.com. Diunduh pada 9 Mei 2016
[3] Drs. Muhammad Yuseran, M.Pd. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan(Banjarmasin : IAIN Antasari Banjarmasin, 2010). hal. 35
[4] Drs. Muhammad Yuseran, M.Pd. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan... hal. 35-36
[5] Drs. Muhammad Yuseran, M.Pd. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan... hal. 36-37
[6] DRS. M. Ngalim Purwanto.Administrasi dan Supervisi Pendidikan(Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2012).Cet.XXI. hal. 48